PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Indonesia
adalah Negara yang sangat unik dimata dunia karena inonesia memiliki cirri-ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh Negara lain, salah satunya adalah keadaan
masyarakatnya yang majemuk yang teridiri dari bermacam-macam suku, ras, agama,
bahasa maupun budaya. Namun hal ini sangat wajar karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor , diantaranya faktor geografis dan faktor historis. Dari segi
faktor geografis Indonesia terletak diantara dua benua. Yaitu benua Asia dan
Australia. Dan juga antara dua samudra yaitu samudra pasifik dan samudera
hindia. Akibat Indonesia dijadikan pusat perdagangan tempat transit nya
kapal-kapal pedang dari berbagai penjuru dunia sehingga mengakibatkan
terjadinya asimilasi antara penduduk sribumi dan warga asing. Dan secara
otomatis menjadikan masyarakat Indonesia menjadi heterogen dan majemuk. Selain
itu pengaruh iklim akibat perbedaan garis lintang juga menentukan kemajemukan
tersebut. Dilihat dari segi historisnya masyarakat Indonesia telah lama
mengalami masa penjajahan oleh bangsa lain, seperti bangsa jepang belanda,
portugis dan perancis, sehingga secara tidak langsung budaya Negara penjajah
tersebut mempengaruhi budaya Indonesia yang telah ada.melalui perkawinan,
asimilisi, maupun enkulturasi sehingga masyarakat Indonesia menjadi majemuk.
Salah
satu kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari banyak nya suku-suku
bangsanya. Seperti suku batak, minangkabau, jawa, bugis, tengger dan lain-lain.
Pada pembahasan ini dibatasi topiknya hanya pada suku tengger. Dengan tujuan
agar pembaca dapat mengetahui dan mengenal kebudayaan suku tengger di
Indonesia.
- Rumusan masalah
Dari
uraian diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
- Apakah yang disebut dengan suku tengger itu
- Dimanakah lokasi terdapatnya komunitas suku tengger
itu.
- Bagaimanakan sejarah atau asal usul suku tengger
tersebut.
- Kapan suku tengger itu terbentuk.
- Mengapa suku tersebut dinamakan suku tengger..
PEMBAHASAN
- Pengertian Suku Tengger
Suku tengger adalah suku yang tinggal
disekitar gunung bromo, jawa timur yakni menempatati sebagian wilayah kabupaten
pasuruan, kabupaten probolinggo, dan kabupaten malang. Komunitas suku tengger
berkisar antara 500 ribu orang yang tersebar di tiga kabupaten tersebut. Etnis
yang paling terdekat dengan suku tengger adalah suku jawa namun terdapat
perbedaan yang sangat menonjol antara keduanya, terutama dari sistem
kebudayaannya.
- Asal usul
terbentuknya Suku Tengger
Suku tengger terbentuk sekitar abad ke
sepuluh saat kerajaan majapahit mengalami kemunduran dan saat Islam mulai
menyebar. Pada saat itu kerajaan majapahit diserang dari berbagai daerah,
sehingga bingung mencari tempat pengungsian. Demikian juga dengan dewa-dewa
mulai pergi bersemayam di sekitar gunung bromo, yaitu dilereng gunung
pananjakan, di sekitar situ juga tinggal seorang pertapa yang suci. Suatu hari
istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan, wajahnya bercahaya,
menampakan kesehatan dan kekuatan yang luar biasa. Untuk itu anak tersebut
diberi nama Joko Seger, yang artinya joko yang sehat dan kuat.
Disekitar gunung itu juga lahir bayi
perempuan titisan dewa, wajahnya cantik dan elok, waktu dilahirkan bayi itu
tidak menangis, diam dan begitu tenang. Sehingga anak tersebut diberi nama Roro
Anteng, yang artinya Roro yang tenang dan pendiam. Semakin hari Joko Seger
tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa begitupun Roro Anteng juga tumbuh menjadi
seorang perempuan yang cantik dan baik hati. Roro Anteng telah terpikat pada
Joko Seger, namun pada suatu hari ia dipinang oleh seorang Raja yang terkenal
sakti, kuat, dan jahat. Sehingga ia tidak berani menolak lamarannya. Kemudian
Roro Anteng mengajukan persyaratan pada pelamar itu agar dibuatkan lautan di
tengah gunung dalam waktu satu malam. Pelamar itu mengerjakan dengan alat
sebuah tempurung kelapa (batok kelapa). Dan pekerjaan itu hampir selesai,
melihat kenyataan itu hati Roro Anteng gelisah dan memikirkan cara
menggagalkannya, Kemudian Roro Anteng mulai menumbuk padi ditengah malam. Sehingga
membangunkan ayam-ayam, ayam-ayam pun mulai berkokok seolah-olah fajar sudah
menyingsing. Raja itu marah karena tidak bisa memenuhi permintaan Roro Anteng
tepat pada waktunya. Akhirnya batok yang ia gunakan untuk mengeruk pasir
tersebut dilemparnya hingga tertelungkup di dekat gunung bromo dan berubah
menjadi sebuah gunung yang dinamakan gunung batok. Dengan kegagalan raja tadi
akhirnya Roro Anteng menikah dengan Joko Seger. Dan membangun sebuah pemukiman
kemudian memerintah dikawasan tengger tersebut dengan nama Purbowasesa
Mangkurat Ing Tengger. Yang artinya Penguasa Tengger yang budiman. Nama tengger
di ambil dari gabungan akhir suku kata Roro Anteng dan Joko Seger. Tengger juga
berarti moral tinggi, simbol perdamaian abadi.
Roro Anteng dan Joko Seger belum juga
dikaruniai momongan setelah sekian tahun menikah, maka diputuskan untuk naik
kepuncak gunung bromo. Tiba-tiba ada suara gaib menyatakan jika mereka ingin
mempunyai anak mereka harus bersemedi agar doa nya terkabul dengan syarat
apabila mendapatkan keturunan anak bungsu harus dikorbankan ke kawah gunung
bromo. Akhirnya merekapun mendapatkan keturunan 25 orang putra dan putri. Namun
Roro Anteng mengingkari janjinya maka terjadilah gunung bromo menyemburkan api,
dan anak bungsunya “Kesuma” dijilat api dan masuk ke kawah gunung bromo,
kemudian terdengarlah suara gaib, bahwa kesuma telah dikorbankan, dan Hyang
Widi telah menyelamatkan seluruh penduduk, maka penduduk harus hidup tentram
damai dengan menyembah Hyang Widi, selain penduduk juga di peringatkan bahwa
setiap bulan kasada pada hari ke empat belas mengadakan sesaji ke kawah gunung
bromo, dan kebiasaan tersebut diikuti sampai sekarang oleh masyarakat tengger
dengan mengadakan upacara yang disebut Kesada setiap tahunnya.
- Sistem
Kebudayaan Suku Tengger.
Menurut C Kluckhon dalam bukunya
categories of culture menemukakan sistem kebudayaan yang secara Universal
dimiliki oleh seluruh masyarat didunia, yang unsur-unsurnya meliputi sistem
bahasa , sistem kesenian, sistem teknologi, sistem religi, sistem kemasyarakatan,
sistem pengetahuan dan sistem mata pencarian. Pada masyarakat suku Tengger
Unsur-unsur kebudayaan universial itu sebagai berikut :
- Sistem
Bahasa
Bahasa yang
digunakan oleh suku tengger adalah bahasa jawa tapi dialek yang digunakan
berbeda yaitu dialek tengger. Dialek tengger dituturkan di daerah gunung brom
termasuk di wilayah pasuruan, probolinggo, malang dan lumanjang. Dialek ini
dianggap turunan bahasa kawi, dan banyak mempertahankan kalimat-kalimat kuno
yang sudah tidak digunakan dalam bahasa jawa modern.
- Sistem
Kesenian
- Seni Tari
Tari yang biasa
dipentaskan adalah tari Roro Anteng dan Joko Seger yang dimulai sebelum
pembukaan upacara Kasada.
- Seni bangunan
Bangunan untuk
peribadatan berupa pura disebut punden, danyam, dan poten. Poten adalah
sebidang tanah dilautan pasir sebagai tempat berlangsungnya upacara Kasada.
Poten dibagi menjadi tiga mandala atau zone yaitu :
1. mandala
utama disebut jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan yang terdiri dari padma,
bedawang, nala, bangunan sekepat, dan kori agung candi bentar.
2. mandala
madya atau zone tengah, disebut juga jaba tengah yaitu tempat persiapan
pengiring upacara yang terdiri dari kori agung candi bentar bale kentongan, dan
Bale Bengong.
3. mandala
nista atau zone depan, disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralhian dari luar
kedalam pura yang terdiri dari bangunan candi bentar dan bangunan penunjang
lainnya.
- Sistem
Teknologi
Seiring dengan
banyak pengaruh yang masuk kedalam masyarakat tradisional seperti melalui
pariwisata atau teknolgi komunikasi terilah culturual change dan perubahan
kebudayaan sehingga sistem teknologi juga berkembang seperti halnya masyarakat
jawa modern.
- Sistem
Religi
Agama yang dianut
sebagian besar suku tengger adalah Hindu, Islam dan Kristen. Masyarakat tengger
dikenal taat dengan aturan agama Hindu. Mereka yakin merupakan keturunan
langsung dari majapahit. Gungung brahma (Bromo) dipercayai sebagai gunung suci
dengan mengadakan berbagai macam upacra-upacara yang dipimpin oleh seorang
dukun yang sangat dihormati dan disegani. Masyarakat tengger bahkan lebih
memilih tidak mempunyai kepala pemerintahan desa dari pada tidak memiliki
pemimpin ritual. Para dukun pandita tidak bisa di jabat oleh sembarang orang,
banyak persyaratan yang harus dipenuhi sebagai perantara doa-doa mereka.
Upacara-upacara yang dilakukan masyarakat tengger diantaranya.
- Yahya
kasada, Upacara ini ilakukan pada 14 bulan kasada, mereka membawa ongkek
yang berisi sesaji dari hasil pertanian, ternak dan sebagainya. Lalu
dilemparkan kekawah gunung bromo agar mendapatkan berkah dan diberikan
keselamatan oleh yang maha kuasa.
- Upacara
Karo, Hari raya terbesar masyarakat tngger aalah upacara karo atau hari
raya karo. Masyarakat menyambutnya dengan suka cita dengan membeli
pakaian baru, perabotan, makan, minuman, melimpah, dengan tujuan
mengadakan pemujaan terhadap sang Hyang Widi Wasa.
- Upacara
Kapat, jatuh pada bulan ke empat, bertujuan untuk memohon brekah
keselamatan serta selamat kiblat, yaitu pemujaan terhadap arah mata
angin.
- Upacara
kawalu, jatuh pada bulan kedelapan, masyarakat mengirimkan sesaji ke
kepala desa, dengan tujuan untuk kesehatan Bumi, air, api, angin,
matahari, bulan dan bintang.
- Upacara
kasanga, jatuh pada bulan kesembilan. Masyarakat berkelilling desa dengan
membunyikan kentongan dan membawa obor tujuannya adalah memohon
keselamatan.
- Upacara
kasada, Jatuh pada saat bulan Purnama (ke dua belas) tahun saka, Upacara
ini isebut sebagai upacara kuban
- Upacara
Unan, Unan, diadakan lima tahun sekali dengan tujuan mengaaan
penghormatan terhadap roh leluhur.
- Sistem
Kemasyarakatan
Masyarakat
tengger menjungjung tinggi nilai persamaan, demokrasi, dan kehidupan
masyarakat, sosok seorang pemimpin spritual seperti duun lebih disegani dari
pada pemimpin administratif. Masyarakat tengger memunyai hukum sendiri diluar
hukum formal yang berlaku alam negara. Dengan hukum itu mereka sudah bisa
mengatur an mengendalikan berbagi persoalan dalam kehidupan masyarakatnya.
- Sistem Pengetahuan
Sistem
Pengetahuan masyarakat tengger pada umumnya masih tradisional, an masih
berorientasi paa kebudayan lama, namun karna aanya pengaruh dari luar melalui
pariwisata maupun komunikasi maka sistem pengetahuannya sudah mulai mengacu ke
sistem pengetahuan yang modern.
- Sistem
Mata Pencarian
Sistem mata
pencarian masyarakat suku tengger kebanyakan adalah petani dan penambang,
tanaman yang diusahakan adalah sayur-sayuran sedangakan dalam hal penambangan,
yang ditambang adalah pasir dan belerang.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan diatas maka
dapat disimulkan sebagai berikut :
1. Suku Tengger
adalah suku yang tinggal disekitar gunung bromo jawa timur, yakni menempati
sebagian wilayah kabupaten pasuruan, kabupaten probolinggo dan kabupaten malang
yang merupakan keturunan dari majapahit.
2. Lokasi atau
letak komunitas masyarakat suku tengger adalah di sekitar gunung bromo yaitu
dikabupaten probolinggo di kec sukapura, di kabupaten malang, di desa ngadas,
kec poncokusumo, di lumanjang diwilayah Ranupane kecamatan sanduro.
3. Suku tengger
terbentuk akibat diserang majapahit oleh berbagai daerah sehingga penduduk nya
menjadi pemukiman baru dibawah pemerintahan Joko Seger dan Roro Anteng.
4. Suku tengger
terbentuk sekitar abad 10 pada masa kerajaan majapahit runtuh dan awal masuknya
agama islam.
5. Suku
tersebut dinamakan suku tengger Karena tengger merupakan gabungan akhir suku
kata Joko Seger dan Roro Anteng. Selain itu juga berarti moral yang tinggi,
moral perdamaian abadi.
0 comments:
Post a Comment